Pancasila Remodernisasi

Pendahuluan
Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang merangkum lima sila: Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sejak dirumuskan, Pancasila telah melewati banyak tantangan: zaman kolonialisme, Orde Lama, Orde Baru, era reformasi, dan kini globalisasi—dengan segala disrupsi digitalnya.
Istilah remodernisasi di sini mengacu pada proses pembaruan dan penyesuaian nilai-nilai dasar Pancasila agar tetap relevan, hidup, dan efektif dalam menghadapi tantangan modern: teknologi, media sosial, identitas digital, konflik budaya, globalisasi, dan perubahan sosial-politik.
Remodernisasi berarti bukan sekadar menjaga warisan, tapi menghidupkannya kembali dalam bentuk yang adaptif — tanpa kehilangan esensinya.
Artikel ini akan membahas:
-
Apa yang dimaksud dengan remodernisasi Pancasila
-
Kenapa remodernisasi Pancasila menjadi kebutuhan mendesak
-
Hambatan dan tantangan dalam proses remodernisasi
-
Strategi dan langkah konkret untuk me-remodernisasi Pancasila
-
Studi kasus dan contoh bagaimana Pancasila bisa diaktualisasikan di era modern
-
Kesimpulan
Apa Itu Remodernisasi Pancasila
Definition dan Konsep Remodernisasi
-
Remodernisasi berasal dari gabungan kata “re-” (kembali / ulang) dan “modernisasi” (proses menjadi modern). Tetapi di konteks Pancasila, ini bukan sekadar modernisasi ulang, melainkan penyesuaian nilai dan pelaksanaan Pancasila agar efektif di zaman sekarang, dengan teknologi, media, globalisasi, pluralitas identitas, dan interaksi lintas budaya.
-
Remodernisasi Pancasila meliputi:
-
Interpretasi kontekstual: Pemaknaan nilai-nilai Pancasila berdasarkan kondisi sosial, budaya, teknologi, ekonomi masa kini.
-
Aktualisasi dalam kebijakan, bukan hanya simbol dan retorika.
-
Engagement publik: Partisipasi masyarakat—terutama generasi muda—dalam mendiskusikan, menafsirkan, dan menghidupkan Pancasila.
-
Inovasi dalam pendidikan: Kurikulum, media pembelajaran, dan kultur sekolah/universitas yang menggabungkan nilai-nilai Pancasila secara aktif.
-
Adaptasi teknologi: Memanfaatkan digitalisasi dan media sosial untuk menyebarkan, memperkuat, dan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila.
-
Esensi Nilai-Nilai Pancasila yang Tidak Boleh Hilang
Walau adaptasi sangat penting, ada nilai-nilai filosofis yang tetap harus dipertahankan:
-
Keutuhan lima sila: Tidak boleh dikurangi atau dipecah; sila-sila saling menunjang.
-
Spirit dasar kemanusiaan dan moralitas: Kejujuran, keadilan, toleransi, solidaritas.
-
Nilai gotong royong dan persatuan meskipun dalam keberagaman.
-
Negara hukum, demokrasi, perlindungan terhadap HAM.
-
Keimanan dan ketuhanan sebagai bagian dari identitas bangsa, tanpa memaksakan satu agama atas yang lain.
Kenapa Remodernisasi Pancasila Menjadi Kebutuhan Mendesak
Tantangan Zaman Modern
Globalisasi dan Transkulturasi Budaya
-
Arus budaya asing sangat cepat lewat media, streaming, internet. Nilai-nilai lokal bisa terlupakan atau terpinggirkan.
-
Generasi muda menghadapi dilema identitas: antara identitas lokal/Islam/tradisional dengan identitas global/digital.
Disrupsi Digital dan Media Sosial
-
Media sosial bisa menjadi ruang positif, tapi juga negatif: hoaks, ujaran kebencian, konflik antar kelompok, polarisasi.
-
Kecenderungan “filter bubble” dan algoritma yang memperkuat ekstremisme atau stereotip.
Perubahan Politik dan Demokrasi
-
Demokrasi kita menghadapi tantangan: populisme, polarisasi politik, politisasi identitas agama atau etnis.
-
Kepercayaan publik terhadap institusi sering goyah: korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hukum yang tidak adil.
Tantangan Sosial-Ekonomi
-
Ketimpangan ekonomi, kemiskinan, daerah tertinggal tetap besar.
-
Urbanisasi dan migrasi internal menyebabkan kerawanan sosial, pergeseran nilai.
Krisis Moral, Etika, dan Kepercayaan
-
Individu-individu cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. Nilai-nilai seperti kejujuran, empati, kesetiaan kepada negara sering dianggap kurang menarik dibanding keuntungan materi.
-
Kepercayaan pada norma-norma bersama sedikit demi sedikit terkikis.
Kenapa Pancasila Harus Di-Remodernisasi, Bukan Diganti
-
Pancasila adalah konsensus nasional, fondasi moral dan konstitusional Indonesia. Mengganti berarti membuka konflik identitas dan legitimasi.
-
Nilai-nilai Pancasila bersifat terbuka dan dinamis seperti yang dilontarkan oleh berbagai narasumber, termasuk wakil presiden, bahwa “Pancasila bukan dogma ideologi yang kaku, melainkan nilai-nilai luhur yang adaptif, inovatif, dan kreatif …”
-
Remodernisasi memperkuat Pancasila sebagai living ideology (ideologi yang hidup), bukan sekadar teks sejarah atau formalitas.
Hambatan dan Tantangan dalam Remodernisasi Pancasila
Tantangan Internal
Kurangnya Pemahaman Filosofis
-
Banyak orang — termasuk pemimpin lokal atau masyarakat umum — hanya memahami Pancasila secara tekstual tanpa mendalami sejarah, filosofi, dan konteks Pembukaan UUD 1945.
-
Konsep ideal dan realitasnya sering terpisah lebar.
Praktik Politik dan Korupsi
-
Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan menggerogoti legitimasi nilai keadilan sosial, persatuan, dan kejujuran.
-
Pemimpin sering tidak menjadi teladan. Konsistensi antara kata dan tindakan lemah.
Pendidikan yang Kurang Memadai
-
Kurikulum sekolah/universitas sering menampilkan Pancasila dalam materi teori, tapi kurang pelaksanaan nyata.
-
Pengajaran yang bersifat hafalan dan seremonial lebih banyak daripada pembentukan karakter yang nyata.
Tantangan Eksternal
Dominasi Teknologi dan Media
-
Penyebaran konten negatif, hoaks, agitasi, kelompok ekstrem, dll., yang bisa melunturkan rasa kemanusiaan dan toleransi.
-
Teknologi juga menciptakan jurang akses: tidak semua punya literasi digital atau akses yang sama.
Intensitas Perubahan Global
-
Perubahan cuaca, migrasi, pandemi, disrupsi ekonomi global yang mendesak masyarakat untuk fokus ke persoalan bertahan hidup. Nilai-nilai abstrak terkadang tampak jauh dari prioritas.
-
Pengaruh asing lewat media, ekonomi, budaya, bisa mengikis identitas lokal.
Fragmentasi Sosial
-
Etnis, agama, budaya, ekonomi: perbedaan yang bila tidak dikelola dengan baik bisa memicu konflik identitas.
-
Sentimen kedaerahan, intoleransi, radikalisme.
Strategi dan Langkah Remodernisasi Pancasila
Strategi Umum
-
Reinterpretasi kontekstual secara partisipatif
Melibatkan berbagai elemen: pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, pemuka agama, generasi muda dalam dialog terbuka mengenai makna nilai Pancasila di era modern. -
Integrasi ke dalam kebijakan dan regulasi
Kebijakan publik harus mencerminkan sila-sila Pancasila: keadilan sosial, persatuan, demokrasi. Penegakan hukum, distribusi kesejahteraan, desentralisasi, dll. -
Penguatan pendidikan karakter
Dari level sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kurikulum aktif, bukan hanya teori. Contoh nyata: pembelajaran yang melibatkan proyek sosial, gotong royong, dialog antar-agama. -
Pemanfaatan teknologi dan media
Kampanye digital, konten kreatif (video, game, media sosial) untuk mengkomunikasikan Pancasila dengan cara yang relevan dengan generasi muda. Literasi digital sebagai bagian dari pendidikan Pancasila. -
Keterlibatan generasi muda dan masyarakat sipil
Anak muda sebagai agen perubahan. Organisasi non-pemerintah, komunitas lokal, pesantren, kampus harus diberdayakan untuk menerjemahkan Pancasila ke dalam aksi nyata di lingkungan mereka. -
Pembumian Pancasila di daerah dan budaya lokal
Menghargai keragaman budaya lokal dalam mewujudkan sila-sila Pancasila. Kearifan lokal sebagai medium remodernisasi agar lebih relevan bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Langkah-Konkret
Reformasi Kurikulum
-
Tambahkan modul Pancasila yang aktual: dialog, debat, studi kasus terkini.
-
Pelatihan guru dan dosen agar bisa mengajarkan Pancasila tidak hanya secara normatif tapi aplikatif.
Kebijakan Pemerintah
-
Regulasi yang jelas tentang penegakan sila ke-4 (kerakyatan) dan sila ke-5 (keadilan sosial): misalnya transparansi, partisipasi masyarakat, pengurangan ketimpangan.
-
Moral leadership: pejabat dan pemimpin harus menjadi contoh dalam perilaku publik.
Literasi Digital dan Media Sosial
-
Program edukasi literasi media di sekolah, kampus, komunitas.
-
Kontrol atau regulasi terhadap hoaks, ujaran kebencian, diskriminasi online.
-
Pemanfaatan konten kreatif yang memperkuat nilai toleransi, kemanusiaan, persatuan.
Revitalisasi Institusi Pancasila
-
Lembaga pemerintah terkait (seperti BPIP) dioptimalkan untuk koordinasi, sinkronisasi, evaluasi dari inisiatif-remodernisasi.
-
Keterbukaan dan transparansi dalam prosedur pembinaan ideologi Pancasila.
Penegakan Hukum dan Keadilan Sosial
-
Sistem hukum yang adil dan tanpa pilih kasih.
-
Kebijakan redistribusi kesejahteraan, pemberdayaan ekonomi untuk daerah tertinggal; akses pendidikan dan kesehatan yang merata.
Penguatan Nilai Kemanusiaan dan Toleransi
-
Program dialog antaragama, antarbudaya.
-
Penghormatan terhadap keragaman, minoritas, hak-hak individu.
-
Budaya gotong royong dan solidaritas sebagai bagian keseharian.
Studi Kasus: Contoh Aktualisasi yang Berhasil
Revitalisasi di Era Industri 4.0
Penelitian “Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0” menyebut bahwa perlu grounding nilai Pancasila, peningkatan SDM profesional berdasarkan nilai Pancasila, dan mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara.
Generasi Milenial dan Generasi Z
-
Mahasiswa Pendidikan Biologi di UNIMED (Universitas Negeri Medan) meneliti relevansi Pancasila di tengah globalisasi dan modernisasi. Hasil menunjukkan nilai-nilai Pancasila tampaknya mengalami penurunan dalam penghayatan oleh generasi muda.
-
Namun, berbagai kegiatan kampus dan komunitas menunjukkan respons positif ketika Pancasila diintegrasikan melalui proyek-proyek kecil dan kegiatan lokal (diskusi, pengabdian masyarakat, literasi media). (Contoh: kegiatan diskusi panel “Peran Generasi Z Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila …” di Sorong)
Kebijakan Pemerintah dan Pernyataan Resmi
-
Wakil Presiden menyatakan bahwa Pancasila adalah ideologi yang dinamis dan relevan dengan perkembangan zaman; bukan dogma yang kaku.
-
DPR menyebut bahwa “pembumian Pancasila” di era kekinian memerlukan revolusi mental dan strategi pembangunan inklusif yang berpusat pada manusia.
Implikasi dan Dampak Remodernisasi Pancasila
Dampak Positif yang Diharapkan
-
Penguatan identitas nasional
Rasa memiliki terhadap Pancasila sebagai simbol persatuan dan rumah besar keberagaman akan makin bertumbuh. -
Moral sosial yang lebih kuat
Orang-orang lebih peka terhadap keadilan, toleransi, kepedulian, dan etika publik. -
Toleransi dan harmoni antar kelompok
Dengan menghargai perbedaan budaya, agama, etnis, dan latar belakang, konflik sosial dapat diminimalkan. -
Stabilitas politik
Pemahaman bersama atas nilai Pancasila dapat meredam polarisasi ekstrem, menjaga integritas demokrasi. -
Penegakan hukum dan keadilan sosial
Keadilan bukan sekadar di atas kertas, tapi terlihat dalam kehidupan: ekonomi, pendidikan, pelayanan publik. -
Pembentukan warga negara yang aktif dan bertanggung jawab
Masyarakat yang bukan hanya konsumen kebijakan, tetapi turut mengawasi, bersuara, berkontribusi.
Potensi Risiko Jika Tidak Dilakukan Remodernisasi
-
Nilai-nilai luhur Pancasila akan menjadi formalitas kosong: hanya upacara, teks, atau simbol tanpa makna dalam kehidupan sehari-hari.
-
Generasi muda bisa kehilangan orientasi moral, mudah terpengaruh ideologi asing, ekstremis, atau nilai-nilai yang kontradiktif.
-
Fragmentasi sosial yang makin dalam: konflik identitas, kesenjangan, intoleransi.
-
Reputasi negara sebagai entitas demokrasi dan plural bisa diragukan di mata dunia internasional.
Bagaimana Mendorong Remodernisasi Pancasila ke Depan
Rekomendasi Kebijakan
-
Desenvolver kebijakan nasional jangka panjang remodernisasi Pancasila yang terintegrasi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang Nasional.
-
Penganggaran khusus dari pemerintah pusat dan daerah untuk program-program pembumian Pancasila: pendidikan, media, kampanye, pengawasan hukum.
-
Reformasi regulasi agar lebih fleksibel dan responsif dengan tantangan zaman, khususnya regulasi siber, ujaran kebencian, perlindungan data pribadi, kebebasan berpendapat.
Peran Institusi Pendidikan
-
Sekolah dan universitas sebagai pusat pembentukan karakter: perlu model pembelajaran aktif, kolaboratif, berbasis proyek nyata yang menyentuh aspek Pancasila.
-
Penelitian dan publikasi akademik tentang Pancasila remodernisasi agar terus berkembang wacana, data, strategi.
-
Pelatihan guru dan dosen supaya tidak hanya mengajar secara teks, tapi bisa menghidupkan nilai-nilai dalam kelas dan praktik nyata.
Peran Masyarakat Sipil dan Generasi Muda
-
Komunitas lokal, LSM, organisasi pemuda/agama budaya sebagai ujung tombak dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di tingkat akar rumput.
-
Pemuda sebagai influencer digital untuk membuat konten kreatif yang menyebarkan nilai-nilai Pancasila: video, podcast, media sosial, seni, budaya pop.
-
Forum lintas budaya/agama sebagai ruang dialog untuk mendiskusikan nilai, perbedaan, persamaan.
Peran Teknologi dan Media
-
Media sosial sebagai platform positif: kampanye Pancasila, konten inspiratif, media naratif atau multimedia tentang Pancasila.
-
Regulasi dan literasi terhadap konten negatif: misinformasi, hoaks, ujaran kebencian, intoleransi.
-
Teknologi pendidikan: penggunaan aplikasi, game edukatif, simulasi nilai-nilai Pancasila.
Kesimpulan
Remodernisasi Pancasila bukan sekadar slogan atau nostalgia semata—ia adalah kebutuhan strategis agar bangsa Indonesia mampu menghadapi kompleksitas zaman modern: globalisasi, digitalisasi, perubahan sosial-politik, dan tantangan moral.
Melalui proses interpretasi kontekstual, pendidikan karakter yang kuat, kebijakan nyata, partisipasi masyarakat, dan pemanfaatan teknologi, nilai-nilai Pancasila bisa dihidupkan kembali secara nyata dan efektif.
Jika tidak dilakukan, ada risiko bahwa Pancasila akan dilihat sebagai teks formal saja, kehilangan makna dalam kehidupan sehari-hari, dan akhirnya tidak mampu menjadi perekat sosial dalam masyarakat yang plural dan beragam.
Remodernisasi Pancasila menuntut kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, media, dan generasi muda. Ia menuntut bukan hanya perubahan struktural, tapi transformasi hati—agar Pancasila bukan hanya dibaca atau dihafal, tetapi dirasakan, diamalkan, dan diwariskan.
Recent Post
- Kurikulum Pancasila: Landasan, Makna, dan Implementasi dalam Pendidikan Indonesia
- Pancasila dan Generasi Milenial — Menyatukan Nilai Lama dengan Semangat Baru
- Pancasila dan Globalisasi: Menjaga Identitas Bangsa di Era Keterhubungan Dunia
- Pancasila dan Kebhinekaan: Pilar Persatuan di Tengah Keberagaman
- Pancasila dan Karakter Bangsa
- Pancasila dan Toleransi Antaragama: Fondasi Kehidupan Berbangsa yang Harmonis
- Pancasila dan Moderasi Beragama: Pilar Persatuan dalam Keragaman
- Pancasila dan Otonomi Daerah
- Pancasila dan Komunisme: Sebuah Kajian Ideologis dan Historis
- Pancasila dan Budaya Lokal: Harmoni Nilai dalam Keanekaragaman Nusantara
- Pancasila dan Pembangunan — Fondasi, Tantangan, dan Arah Ke Depan
- Pancasila dan Kebijakan Ekonomi
- Pancasila dan Partai Politik: Pilar Ideologi dan Dinamika Demokrasi Indonesia
- Pancasila dan Revolusi Industri 4.0: Menjaga Jati Diri Bangsa di Era Digital
- Pancasila dalam Kebijakan Publik


