Site icon PPKN.CO.ID

Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia

Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia: Pada kesempatan kali ini ppkn.co.id akan memberikan ulasan mengenai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia, yuk simak dibawah ini:


Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia


Menurut fakta sejarah, Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-6 dan kemudian berkembang menjadi munculnya kerajaan-kerajaan Islam lainnya.

Bukti kebangkitan Kerajaan Islam di Indonesia dapat dipelajari dari beberapa artefak sejarah kerajaan tersebut.

Sejarahnya tidak boleh dilupakan. Kerajaan Islam pertama yang muncul di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai di Lhokseumawe, Aceh Utara. Berikut komentar lengkapnya.


Sejarah kerajaan Islam pertama di Indonesia “Samudra Pasai”

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kemunculan kerajaan ini memang masih menjadi perdebatan yang luas, namun diyakini kemunculan kerajaan ini sekitar abad ke-13 Masehi.

Dulunya kerajaan merupakan gabungan dari dua kerajaan yaitu kerajaan Peurlak dan Pase.

Raja pertama Kerajaan Pasay adalah Malik al-Saleh, yang mengubah namanya menjadi Meurah Silu setelah dia masuk Islam.

Malik al-Saleh memimpin hingga akhir hidupnya, 696 M, yang berarti sekitar 1297 dalam kalender Masehi.

Mengenai sejarah kerajaan ini, terdapat beberapa perbedaan, karena beberapa di antaranya memisahkan dua nama Samudra dan Pasai, seperti yang tercatat di Tiongkok. Namun, catatan Tiongkok masih melihat Samudra Pasai sebagai sebuah kerajaan.

Sementara itu, dalam catatan lain seperti Marco Polo, ia mencatat daftar kerajaan di pesisir timur Sumatera dari selatan ke utara. Diantaranya adalah nama Perak, Basma, dan Kerajaan Samara (Samudra).

Masa kejayaan kerajaan Samudra Pasai

Saat masa Kepemimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Pasai berhasil mencapai masa kejayaannya.

Dia memerintah kerajaan saat tahun 1383 hingga akhir hidupnya, pada tahun 1405. Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir (Saltan Zain al-Abidin Malik az-Zahir) wafat di Raja Naklur.

Sepeninggal Sultan Zain al-Abidin, kepemimpinan digantikan oleh istri Sultan Zain al-Abidin yaitu Sultanah Nahrasiyah. . Sultanah Nahrasiyah adalah wanita pertama dari Kerajaan Samudra Pasai yang menjadi raja.

Kala Sultanah Nahrasiyah menduduki, Kerajaan Samudra Pasai tetap dalam masa kejayaannya.

Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Samudra Pasai direncanakan oleh Laksamana Cheng Ho, tepatnya pada tahun 1405, 1408 dan 1412.

Kerajaan Samudra Pasai telah meraih kemenangan di berbagai bidang seperti tulisan dan sosial budaya. Sementara di ranah politik, Pasay masih berjaya di bawah kepemimpinan Sultan Malik az-Zahir.

Runtuhnya kerajaan Samudra Pasai

Runtuhnya kerajaan Islam pertama di Indonesia disebabkan oleh perselisihan antara keluarga kerajaan untuk jabatan publik. Sengketa ini menyebabkan perang saudara dan pemberontakan yang tak terhindarkan.

Untuk meredam perselisihan ini, Arab Saudi menghadirkan Raja Malaka, namun sebelum kejadian tersebut terbukti bahwa Malaka berhasil dikuasai oleh Portugal. Kemudian pada tahun 1521, Portugal menyerang kerajaan Samudra Pasai.

Karena sistem pertahanan kerajaan tidak cukup kuat, Samudra Pasai akhirnya jatuh. Meski begitu, pada tahun 1521 kerajaan tersebut tetap eksis namun menjadi bagian dari Kesultanan Aceh.


Raja-Raja yang Pernah Memerintah

Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh beberapa raja. Raja-raja inilah yang memimpin Samudra Pasai menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa raja yang pernah memimpin Kerajaan Samudra Pasai.

Sultan Malik al-Saleh

Di bawah kepemimpinan Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai menang menduduki Selat Malaka yang saat itu menjadi pusat perdagangan dunia. Samudra Pasai telah berhasil mengekspor lada, kamper dan sutra.

Sultan Muhammad az-Zahir

Saat Kerajaan Samudra Pasai berada di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad az-Zahir, Pasai resmi menggunakan dirham, tepatnya pada tahun 1297. Uang dirham digunakan sebagai alat pembayaran dalam kegiatan perdagangan.

Sultan Mahmud Malik az-Zahir

Pada tahun 1326 Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemajuan di bidang perdagangan. Kerajaan ini juga memiliki beberapa barang dari China, sehingga orang yang membutuhkan dapat membeli barang dari China tanpa perlu pergi terlalu jauh.


Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai

Samudra Pasai adalah Kerajaan Islam Indonesia dan memiliki beberapa artefak kerajaan bersejarah yang masih dapat dikagumi hingga saat ini, antara lain:

Dirham

Pada zaman dahulu, alat pembayaran yang digunakan Kerajaan Samudra Pasai adalah Dirham yang terbuat dari 70% emas murni 18 karat. Emas tidak bercampur dengan bahan kimia kertas. Ia memiliki diameter 10 mm dan berat 0,6 gram.

Dirham terdiri oleh dua macam, ialah setengah dirham serta satu dirham. Koin itu diukir dengan tulisan “Muhammad Malik al-Zahir” di satu sisi dan “al-Sultan al-Adil” di sisi lainnya. Dirham ini juga dicetak di seluruh Sumatera dan Semenanjung Malaka.

Cakra donya

Cakra donya adalah lonceng suci. Mahkota besi berbentuk lonceng ini dibuat di Tiongkok pada tahun 1409 M. Ukuran cakra donya ini adalah tinggi 125 cm dan lebar 75 cm.

Naskah Surat Milik Sultan Zain al-Abidin

Teks surat ini ditulis oleh Sultan Zain al-Abidin sebelum wafat pada tahun 1518. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran, yang saat itu merupakan wakil Raja Portugal.

Surat ini ditulis Sultan Zain dalam bahasa Arab yang berkisah tentang Kerajaan Pasai pada abad ke-16.

Stempel Kerajaan

Stempel kerajaan tersebut diyakini milik raja kedua Samudra Pasai, Sultan Muhammad Malik al-Zahir (Sultan Muhammad Malik al-Zahir).

Cap tersebut berukuran panjang sekitar 2 × 1 cm dan terbuat dari tanduk binatang. Prangko ini ditemukan di kawasan Kutang, dan gagangnya rusak.

Baca Juga:

Demikianlah ulasan dari ppkn.co.id mengenai Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia, semoga bisa bermanfaat.

Exit mobile version