Site icon PPKN.CO.ID

Kabinet Ali Sastroamijoyo 1

Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 : Pada kesempatan kali ini ppkn.co.id akan memberikan ulasan mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo 1, yuk simak dibawah ini :


Kabinet Ali Sastroamijoyo 1


Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, lambat laun Indonesia mengalami babak baru dalam navigasi sejarah nasional.

Perjalanan demokrasi pun sudah dimulai, sejak tahun 1950 hingga 1959 di Indonesia disebut demokrasi liberal atau demokrasi parlementer.

Sistem tersebut mengadopsi situasi dimana Kabinet bertanggung jawab kepada Parlemen atau DPR. Saat itu, 232 anggota mencerminkan dasar atau kekuatan partai politik yang ada.

Saat itu, partainya adalah Masyumi, dengan 49 kursi (21%), PNI 36 kursi (16%), PSI 17 kursi (7,3%), PKI 13 kursi (5,6%), dan Katolik 9 kursi (3, 9 kursi). %).

Partai Kristen dengan 5 kursi (2,2%) dan Murba dengan 4 kursi (1,7%). Berdasarkan hasil rasio ini, 42 kursi terbagi atas partai politik atau individu lain.


Kabinet Ali Sastroamijoyo I

Dalam sidang demokrasi di Indonesia, kabinet saat itu berganti. Misalnya kabinet Nasir (September 1950 sampai Maret 1953), kabinet Sukiman (April 1951 sampai Februari 1953), kabinet Willobo (April 1952 sampai Juni 1953), Ali Kabinet Satroamidjojo 1 (Juli 1953 hingga Juli 1955).

Kabinet Burhanudin (Agustus 1955-Maret 1956), Kabinet Ali Sastroamidjojo II (Maret 1956-Maret 1957) dan Kabinet Djuanda (1957) April-Juli 1959).

Dalam proses pembentukan pemerintahan seperti itu dan pergantian kabinet, tentunya setiap kabinet memiliki latar belakang dan cerita yang berbeda.

Misalnya, kabinet Ali Sastroamijoyo I pasti berbeda dengan kabinet Ali Sastroamijoyo II dan lainnya.

Setiap kabinet memiliki karakteristik dan karakteristik yang berbeda. Misalnya, kabinet Nasir adalah kabinet asli, aliansi Masyumi dan PSI.

Seperti halnya kabinet Sukiman, kabinet ini merupakan gabungan dari Masyumi dan PNI. Aliansi kedua partai terus berlanjut hingga kabinet Sukiman diganti. Kabinet Willowbo.

Perubahan yang sering terjadi di parlemen antara 1951-1959 disebabkan oleh mosi tidak percaya dari partai oposisi.

Perubahan yang sering terjadi di parlemen juga membuat berbagai prosedur yang disusun tidak dapat digunakan.


1. Urutan kronologis berdirinya kabinet Ali Sastroamijoyo I

Akibat krisis pemerintah yang berkepanjangan di Indonesia, hal ini tentunya akan menyebabkan kurangnya stabilitas dalam pemerintahan. Indonesia pernah mengalami gejolak di kabinet, bahkan mengalami pasang surut.

Kemudian, pada 3 Juni 1953, karena insiden Tanjung Morowa, Perdana Menteri Willobo mengembalikan mandatnya kepada Presiden, dan kabinet saat itu mengumumkan Penjabat Presiden.

Nah, kabinet Ali Sastroamijoyo I-lah yang kemudian menjadi pengganti kabinet Wilopo. Kabinet Ali Sastroamijoyo I mengisi jeda 58 hari yang ditinggalkan oleh kabinet Wilopo.

Saat itu, Ali Sastroamijoyo (Ali Sastroamijoyo) diangkat sebagai perdana menteri saat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

Padahal, Ali sendiri masih ragu dengan pengangkatan tersebut saat itu. Pasalnya, Ali Sastroamijoyo merasa partainya tidak mengajaknya berbicara langsung soal susunan kabinet, khususnya kabinet Ali Sastroamijoyo I.

Namun, pada akhirnya, Ali Sastroamijoyo bersedia menduduki posisi perdana menteri di bawah tekanan ketua PNI saat itu, Sidik Joyosukarto.

Pada 30 Juli 1953, Presiden mengumumkan pembentukan kabinet Ali Sastroamijoyo I dari sana, yang kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden Nomor 132 Tahun 1953 pada 30 Juli 1953.

Ia langsung menjabat dan mengangkat Ali Sastroamijoyo sebagai Perdana Menteri di Istana Negara pada 12 Agustus 1953.

Dalam pembentukan kabinet Ali Sastroamijoyo I, Masyumi tidak dianggap sebagai partai terbesar kedua, sehingga dalam hal ini NU atau Nahdlatul Ulama mengambil alih sebagai kekuatan politik baru di Indonesia.

Selain itu, beberapa orang yang menyatakan simpati kepada PKI juga termasuk dalam kabinet Ali Sastroamijoyo I. Lalu ada Muh Yamin yang dianggap sebagai menteri pendidikan sayap kiri.


2. Rencana Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I

Tentunya ketika kabinet menjalankan instansi pemerintah, kabinet harus memiliki rencana kerja yang baik dan beroperasi secara optimal.

Oleh karena itu, bagaimana rencana kerja kabinet Ali Sastroamijoyo I saat itu, mohon diperhatikan hal-hal berikut ini.

Menjaga keamanan tampaknya menjadi prioritas utama kabinet Ali Sastroamijoyo I. Hal ini terlihat dari keberanian kabinet Ali Stroagjojo untuk mengambil alih pemerintahan pasca jatuhnya kabinet sebelumnya (kabinet Willobo).

Kemudian, laporkan keberanian untuk memikul tanggung jawab ini ke Kementerian Urusan Sipil.

Karena pada periode kabinet sebelumnya banyak terjadi guncangan keamanan yang tentunya sangat berbahaya bagi negara yang baru terbentuk tersebut.

Misalnya, ada beberapa departemen di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Konflik yang terjadi membuat kabinet Ali Sastroamijoyo I mengerahkan pasukan untuk menumpas pemberontakan, termasuk pemberontakan.

Dengan demikian, situasi tersebut mengganggu stabilitas yang dijaga pemerintah.

Oleh karena itu keselamatan merupakan faktor yang sangat penting yang memerlukan perhatian, dan diperlukan solusi yang cepat dan tepat pada saat itu.

Rencana kerja kabinet Ali Sastroamijoyo I selanjutnya adalah mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Dari Februari 1952 hingga Maret 1952, perekonomian Indonesia rusak parah dan terpuruk akibat Perang Korea.

Sepanjang tahun ini, Indonesia mengalami inflasi, bahkan nilai tukar rupiah turun dari 24,6% dari nilai resmi menjadi 44,7%.

Situasi ini kemudian berdampak langsung pada kerugian yang dialami eksportir Jawa yang terdiri dari masyarakat Masyumi.

Kemudian, situasi ini akan mendorong peningkatan penyelundupan, kemiskinan dan kelaparan akan memburuk, dan orang-orang akan menjauh dari kemakmuran.

Oleh karena itu, prioritas utama kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Sebagai pelaksana pemerintahan, kabinet Ali Stro Azuyo I mengemban misi inti pemerintah Indonesia untuk menjalankan parlemen.

Oleh karena itu, kabinet Ali Sastroamijoyo I setuju untuk menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1955.

Selanjutnya Komisi Pemilihan Umum Pusat dibentuk saat tgl 31 Mei tahun 1954 yang dipimpin oleh Hadikusumo (PNI).

Kemudian, saattanggal 16 April tahun 1955, Hardy Kusmo mengumumkan bahwa pemilihan umum 1955 akan dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pemilu 1955 merupakan agenda utama dari rencana kerja kabinet Ali Stroachjojo I.

Rencana kerja kabinet Ali Sastroamijoyo selanjutnya adalah menargetkan Irian Barat ke Belanda dan segera melepaskannya dari Belanda.

Kemerdekaan Indonesia sendiri menuntut untuk tidak menyetujui RIS. Sebab, pemerintah saat ini tentunya berharap memiliki kedaulatan dalam mengatur kehidupan bernegara dan berbangsa.

Oleh karena itu, pada Agustus 1954, kabinet Ali Stro Azuyo I mengusulkan untuk menghapus persekutuan Belanda-Indonesia. Ini juga termasuk penyesuaian dari KMB.

Sayangnya, hal tersebut gagal mencapai hasil yang diharapkan, atau dapat dikatakan belum mengalami kemajuan yang berarti.

Bahkan pertanyaan yang muncul di kabinet Arian Sastroamijoyo I dibawa ke PBB oleh kabinet Ali Sastroamijoyo I, namun pengaduan itu ditolak.

Saat itu, lanskap politik dunia juga mengalami pemanasan, dan sedang memanas. Sebagai negara yang masih merdeka, tentunya Indonesia tidak ingin masuk dan berpartisipasi dalam konflik internasional.

Apalagi kemerdekaan Indonesia saat itu belum diakui oleh Belanda. Selain itu, ancaman invasi Belanda dan Jepang masih menjadi momok dan sewaktu-waktu dapat kembali ke Indonesia.

Politik bebas di sini berarti Indonesia tidak akan berpihak pada negara manapun dalam konflik yang sedang berlangsung.

Di saat yang sama, positif bahwa meski tidak menghina negara mana pun di dunia, Indonesia tetap berharap bisa aktif mengutarakan aspirasinya di dunia internasional.

Selama tahun 1950-1959, situasi politik di negara itu sangat tidak stabil. Ada perbedaan diantara elit politik yang disebabkan oleh perebutan tahta, status dan kekuasaan.

Situasi ini semakin memperburuk pelaksanaan agenda bangsa Indonesia. Ada berbagai perbedaan antara partai, salah satunya NU dan Masyumi, yang kemudian menyebabkan NU menjadi partai politik.

Pembagian ini disebut-sebut karena adanya tawaran menteri agama. Kemudian hubungan PNI dan PSI menjadi tidak harmonis.

Bahkan di kalangan militer, ada konflik yang disebabkan oleh kesenjangan yang tidak tepat.

Pada Januari, Hamengkubuwono menjadi Menteri Pertahanan dan memutuskan mundur dan keluar dari kabinet Ali Sastroamijoyo I.


3. Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I.

Meski kabinet Ali Sastroamijoyo I dalam situasi yang sangat sulit, ada beberapa prestasi atau prestasi yang patut dibanggakan.

Meski tidak semua program kerja yang dihimpun belum tentu dapat terealisasi sepenuhnya, beberapa prestasi telah diraih.

Kabinet Ali Stro Azuyo I adalah salah satu kabinet tempat pemerintah berkuasa sejak lama. Kabinet Ali Sastroamijoyo I dinilai telah berkontribusi bagi negara bahkan negara Asia dan Afrika.

Hal tersebut berdasarkan peristiwa yang berlangsung di Bandung dari tanggal 18 April hingga 24 April 1955.

Saat itu, Indonesia berhasil merangkul saudara-saudara Afrika dan Asia, berperang melawan Amerika Serikat, Uni Soviet atau kolonialisme imperialis lainnya dan negara-negara neo-kolonial.

Kemudian tibalah acara April-Mei 1954 yang merupakan pertemuan perdana menteri India, Pakistan, Sri Lanka, Myanmar dan Indonesia (bertempat di Colombo).

Ini menunjukkan bahwa Ali berhasil mengubah situasi politik yang tidak stabil di Indonesia saat itu, bahkan mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Di sana, Ali mengajukan KAA, yang kemudian disetujui negara lain. Keberadaan KAA menunjukkan bahwa pemerintahan Ali telah menang. Saat itu, hadir sekitar 29 negara.


4. Kemunduran kabinet Ali Sastroamijoyo I.

Seperti nasib lemari sebelumnya, akhirnya kabinet saya mengundurkan diri. Alasan penundaan ini karena terlalu banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Memang banyak masalah pada saat itu, terutama pemberontakan di daerah tersebut. Selain itu, masalah korupsi dan resesi ekonomi yang semakin parah sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat dan memperburuk keadaan.

Berbagai masalah lain juga menjadi penyebab utama, seperti masalah Irian Barat, pemilu, bahkan skandal korupsi di lingkungan PNI.

NU tidak puas dengan kinerja kabinet di semua bidang, baik dari segi personel, maupun di bidang ekonomi dan keamanan yang konflik antara NU dan PNI.

Sehingga saat mencapai puncaknya pada 20 Juli, NU mengirimkan menteri kabinet untuk mundur dan keluar dari kabinet.

Belakangan, aksi NU ini juga dilakukan pihak lain. Lemahnya kabinet Ali Sastroamijoyo I mendorong Masyumi untuk melancarkan mosi tidak percaya pada bulan Desember untuk tidak mempercayai kebijakan pemerintah.

Mengingat keadaan kabinet yang kurang mendukung, PKI mengurangi kritik terhadap masalah korupsi dan ekonomi dengan imbalan perlindungan PNI.

Kemudian Ali Stroachiochoyo sendiri kembali menjalankan misinya pada 18 Juni.

Kemudian, karena kurangnya dukungan dari Partai Progresif Demokratik, Ali mengundurkan diri empat hari kemudian, dan kabinet Ali Stroaccio I mundur pada 24 Juli 1955.

Baca Juga:

Demikianlah ulasan dari ppkn.co.id mengenai Kabinet Ali Sastroamijoyo 1, semoga bisa bermanfaat.

Exit mobile version