Ketahanan Ekonomi Nasional
Menyikapi Konsep dan Realitas Ketahanan Ekonomi Nasional
Dalam era globalisasi dan disrupsi yang terus berlangsung – mulai dari pandemi global, konflik geopolitik, hingga perubahan iklim – konsep ketahanan ekonomi nasional semakin menjadi landasan strategi pembangunan bagi negara-negara, termasuk Indonesia.
Ketahanan ekonomi nasional dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, menghadapi dan merespons gangguan internal maupun eksternal, sekaligus menjaga pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Secara lebih rinci, konsep ini mencakup beberapa komponen penting:
-
kemandirian ekonomi (mampu memenuhi kebutuhan domestik serta mengurangi ketergantungan berlebihan terhadap faktor eksternal),
-
daya tahan atau resilien terhadap kejutan ekonomi (seperti krisis keuangan, guncangan harga komoditas, gangguan rantai pasok),
-
inklusivitas dan pemerataan ekonomi (agar seluruh lapisan masyarakat turut merasakan manfaatnya), dan
-
transformasi menuju ekonomi yang lebih produktif dan hijau.
Dalam konteks Indonesia, beberapa deklarasi pemerintahan dan lembaga strategis menegaskan bahwa ketahanan ekonomi nasional menjadi fokus utama. Misalnya, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menyebut bahwa “indeks ketahanan nasional” harus ditingkatkan agar ketahanan menjadi tangguh.
Sementara itu, dalam publikasi resmi, pemerintah menyatakan bahwa optimalisasi ketahanan ekonomi akan memperkuat daya saing dan menjaga perekonomian nasional agar lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
Artikel ini akan membedah ketahanan ekonomi nasional Indonesia selama sekitar tiga tahun terakhir (2022-2025), menguraikan kondisi terkini, pendorong utama, tantangan yang dihadapi, serta strategi ke depan.
Kondisi Ketahanan Ekonomi Indonesia Tiga Tahun Terakhir
Pertumbuhan Ekonomi dan Indikator Makro
Selama tiga tahun terakhir, perekonomian Indonesia menunjukkan performa yang cukup tangguh meskipun menghadapi tekanan global. Sebagai contoh:
-
Pada kuartal I 2025, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 4,87 % (y-on-y) — suatu perolehan yang menunjukkan ketahanan meski pertumbuhan global melambat.
-
Untuk kuartal III 2024 tercatat pertumbuhan sebesar 4,95 % (y-on-y) — meskipun melambat dibanding kuartal sebelumnya, namun tetap berada di level yang relatif solid dibanding beberapa negara mitra.
-
Pemerintah juga mencatat bahwa berdasarkan survei Organisation for Economic Co‑operation and Development (OECD), Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang kuat.
Dari sisi investasi dan tenaga kerja, ada capaian positif: realisasi investasi pada kuartal I 2025 mampu menyerap 594.104 tenaga kerja sebagai hasil dari masuknya investasi baru.
Kebijakan Strategis dan Struktur yang Mendukung
Struktur kebijakan Indonesia juga menunjukkan arah yang mendukung ketahanan ekonomi.
Dalam laporan resmi Bank Indonesia (BI) tahun 2023 disebutkan bahwa bauran kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan diarahkan untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan inklusif dan hijau.
Lebih lanjut, pemerintah menyoroti bahwa surplus transaksi modal dan finansial yang tercatat (misalnya transaksi modal dan finansial surplus USD 2,7 miliar pada triwulan II 2024) mencerminkan kepercayaan investor asing ke sektor riil domestik.
Indeks Ketahanan Nasional dan Persepsi Global
Dalam pengukuran komprehensif, Indonesia meraih skor 2,87 pada Indeks Ketahanan Nasional 2024 yang dirilis oleh Lemhannas RI, dengan keterangan bahwa kondisi Indonesia berada pada kategori “cukup tangguh”.
Analisis dari media maupun ekonom juga menegaskan bahwa “ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan di tengah perlambatan global”.
Faktor-Pendorong Ketahanan Ekonomi Indonesia
Konsumsi Domestik dan Pasar Domestik yang Besar
Salah satu pilar utama ketahanan ekonomi Indonesia adalah kekuatan konsumsi dalam negeri.
Dengan populasi besar dan kelas menengah yang semakin berkembang, permintaan domestik menjadi buffer penting ketika ekspor atau kondisi global melemah. Sebagaimana disebut dalam artikelnya, konsumsi rumah tangga merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Reformasi Kebijakan, Inklusi Keuangan dan Digitalisasi
Reformasi struktural seperti penyederhanaan regulasi investasi, digitalisasi layanan keuangan dan ekonomi, serta inklusi keuangan (termasuk ekonomi-hijau) menjadi bagian penting dari strategi.
Laporan BI menekankan lima aspek penting: koordinasi fiskal-moneter; akselerasi transformasi sektor keuangan; akselerasi sektor riil; digitalisasi ekonomi dan keuangan; serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau.
Diversifikasi Ekonomi dan Investasi Infrastruktur
Investasi baru yang masuk serta pembangunan infrastruktur signifikan membantu meningkatkan kapasitas produksi, memperkuat rantai pasok domestik dan menyokong pertumbuhan jangka menengah. Data realisasi investasi dan daya serap tenaga kerja merupakan indikasi konkret.
Ketahanan Terhadap Guncangan Eksternal
Ketika banyak negara menghadapi perlambatan atau resesi, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan positif. Ekonom mencatat bahwa “ketahanan ekonomi nasional” bukan hanya slogan, melainkan terbukti pada capaian pertumbuhan saat kondisi global melemah.
Tantangan Utama dalam Memperkuat Ketahanan Ekonomi Nasional
Ketergantungan pada Komoditas dan Ekspor Terbatas
Meski diversifikasi terus dilakukan, perekonomian Indonesia masih cukup bergantung pada komoditas (misalnya batu bara, minyak sawit, nikel) dan ekspor. Ketika harga komoditas global jatuh atau permintaan melemah, maka risiko bagi ketahanan ekonomi meningkat.
Ketimpangan dan Kebutuhan Transformasi Struktural
Ketahanan ekonomi bukan saja tentang pertumbuhan, tetapi juga tentang pemerataan dan kualitas pertumbuhan. Jika lapisan masyarakat tertentu tertinggal, maka kerentanan sosial-ekonomi dapat meningkat. Indikator seperti ketimpangan, inklusi keuangan, dan kualitas pekerjaan masih menjadi pekerjaan rumah.
Lanskap Ekonomi Global yang Bergejolak
Tekanan global seperti konflik geopolitik, perang dagang, perubahan teknologi disruptif, dan perubahan iklim (termasuk gangguan rantai pasok) menjadi ancaman nyata bagi ketahanan ekonomi nasional. Dalam analisa, perekonomian Indonesia tetap “tumbuh di tengah ketidakpastian global.”
Kapasitas Fiskal dan Utang Publik
Untuk menjaga ketahanan ekonomi, posisi fiskal yang sehat menjadi penting. Jika defisit anggaran dan utang publik naik secara tak terkendali, maka fleksibilitas kebijakan menurun dan kerentanan meningkat.
Strategi Penguatan Ketahanan Ekonomi Nasional ke Depan
Memperkuat Kemandirian Ekonomi melalui Sumber Daya Domestik
Pemerintah perlu terus mendorong pembangunan sektor-riil berbasis domestik: agroindustri, manufaktur, teknologi, ekonomi hijau. Hal ini akan mengurangi ketergantungan terhadap impor dan ekspor komoditas mentah.
Memperkuat Ekonomi Inklusif dan Merata
Ketahanan ekonomi akan lebih kokoh jika manfaatnya dirasakan secara luas: pengembangan UMKM, ekonomi daerah, penguatan kualitas tenaga kerja, dan pengurangan kemiskinan serta ketimpangan.
Memperkuat Resiliensi melalui Kebijakan Proaktif
Beberapa langkah strategis:
-
Memperkuat koordinasi kebijakan fiskal-moneter dan makroprudensial seperti yang dilakukan BI.
-
Meningkatkan kapasitas untuk menangani guncangan eksternal — misalnya sistem keuangan yang tangguh, cadangan devisa, diversifikasi pasar.
-
Reformasi regulasi dan peningkatan kualitas institusi untuk menarik investasi berkualitas tinggi.
Transformasi Menuju Ekonomi Digital dan Hijau
Transisi ke ekonomi berbasis digital dan rendah karbon bukan hanya peluang pertumbuhan baru namun juga aspek penting dalam ketahanan jangka panjang. Kebijakan yang mendukung teknologi, inovasi, dan sustainability akan memperkuat posisi Indonesia dalam persaingan global.
Kesimpulan
Ketahanan ekonomi nasional Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan performa yang cukup solid: pertumbuhan ekonominya tetap positif di tengah guncangan global, struktur kebijakan semakin mendukung, dan kapabilitas investasi dan konsumsi domestik menjadi pilar penting.
Namun demikian, tantangan tidak sedikit: ketergantungan pada komoditas, kebutuhan pemerataan yang belum tuntas, serta gejolak eksternal yang terus mengintai.
Oleh karena itu, penguatan ketahanan ekonomi ke depan harus bersifat holistik: memperkuat internal melalui kemandirian ekonomi, membangun inklusi dan kualitas pertumbuhan, serta menyiapkan mitigasi terhadap berbagai risiko luar.
Untuk tujuan jangka menengah-panjang, strategi secara konsisten harus diarahkan pada transformasi struktur ekonomi, digitalisasi, pengembangan sumber daya manusia, dan kesinambungan lingkungan. Dengan demikian, ketahanan ekonomi nasional tidak hanya bertahan dari guncangan, tetapi juga mampu tumbuh dan memimpin dalam era baru.
Demikian ulasan dari PPKN.CO.ID Mengenai perubahan struktur ekonomi, Semoga Bermanfaat….
